watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Pijat Plus Plus

Karena benar-benar capai, saya ingin pijat, maka
saya pergi ke PPT dekat kantor rekanan saya
bagian selatan Jakarta, maklum di rumah tidak
ada yang bisa pijat. Tempatnya cukup lumayan
depan rumah makan Texas, jadi habis pijat
(segar plus capai hilang) bisa langsung makan,
khan enak tuh, sebelumnya aku belum pernah
ke tempat ini jadi niatku adalah benar-benar pijat,
dengan nama Spesial Masturbasi (SM) kuberi
istilah begitu karena (setelah beberapa kali)
kebanyakan mereka akan menawarkan jasa
seperti itu, tak lebih, sebenarnya inisial tersebut
memang benar. Yang jadi persoalan adalah cara
(teknik) mereka memang benar-benar
profesional.
Banyaknya nama-nama WP (wanita pemijat
bukan word perfect) tertulis di kepingan plastik,
bagian sisi kiri adalah yang tersedia seperti Doxx,
Soxxxx, Ixx, Axxx, Wxxx, Mxxx, Sxxx, Sxxxxx,
Nxxx, Ixxx, Sxxxx, dan teman-temannya, yang
sudah dipesan (cobalah ingat daftar ini - sebab ini
biasanya yang terbaik), sedangkan paling kanan
sedang tugas, tetapi jangan salah terkadang
resepsionis mengatur WP yang terlalu banyak
tugas namanya diletakkan di tengah/dianggap
dipesan biar WP lainnya merata tugasnya.
Biaya yang tertera di bandrol resepsionis VIP 1,5
jam $75, dengan kamar tertutup tirai ganda
dengan dinding tembok (bukan kain/triplek). AC
split sendiri, sebuah kursi dan nakash serta
tempat sampah (cek apakah ada kondom, bila
ada artinya tempat ini menyediakan order
khusus). Cermin kecil, jam dinding, gantungan
pakaian, tentunya tempat tidur (kalau sudah
selesai pijat coba periksa di bawah sprei pasti ada
perlaknya. Kalau ngompol biar nggak menetes
ke kasur pegasnya (coba angkat perlaknya pasti
di daerah pas kemaluan agak lembab kadang
diberi pemutih untuk menghilangkan noda bekas
ompol, kalau perlu angkat kasur pegasnya
kadang-kadang menemukan bekas pakai
kondom plus isinya). Sedangkan kamar biasa 1,5
jam $65 (1 jam $50) kamar ditutup kain, AC
cassette dipakai bersama, tanpa kursi, lainnya
sama dengan di atas. Melihat situasi di atas,
sepertinya tidak ada pijat khusus seperti
Monggomas, Kartika, dan lain-lain di daerah
Kota.
Saya pesan Mbak Sxxxx ke Mbak Axxxx
(resepsionisnya), kemudian saya dipersilakan ke
kamar VIP 304, berarti saya naik ke lantai 3,
dengan kondisi kamar seperti di atas.
Setelah masuk, tidak lama kemudian masuk
Mbak Sxxxx (38D, tangan dan betis sedang, agak
pendek 150 cm, sekitar 30 tahun, wajah sunda),
saya melepaskan semua pakaian kecuali CD.
"Selamat siang Pak", sapa Mbak Sxxxx.
"Siang", jawabku.
"Mau minum apa Pak?", tanyanya.
"Teh plus krem panas tanpa gula!" kemudian dia
pergi ke pesawat telepon di luar ruangan, dan
kembali ke kamar lagi. Saat aku akan naik ke
tempat tidur...
"Pakai krem nggak Pak?" tanya Mbak Sxxxx.
"Pakai!" jawabku singkat.
"Kalau gitu sekalian dilepas aja CD-nya nanti kena
krem", kata Mbak Sxxxx.
Karena sudah telanjur tidur telungkup dengan
kaki rapat, "Tolong dong lepasin!", seruku. Kan
malu belum kenal udah mau lihat rudal
mengkeret aja, jadi sambil tidur, CD-ku diplorotin
sama dia, tentunya dengan melebarkan sedikit
kakiku.
"Mbak AC-nya boleh nggak dimatiin aja, soalnya
saya nggak kuat dingin?" Ini trikku karena dia
pasti kepanasan, bayangin saja dia jalan sana-
sini, mijat, pakai baju komplit, paling tidak blazer
akan di lepas, dan tinggal kaos tanpa lengan
(bahkan Mbak Soxxx, kaos tanpa lengannya di
angkat hingga bawah bra 42FF-nya). Jangan lupa
letakkan rudal pada posisi yang aman, bila
sewaktu-waktu berubah ukuran, tidak sakit.
Mulailah pijat tanpa krem ke seluruh tubuhku,
dimulai dari telapak kaki, betis, paha, pantat,
pinggang, punggung. Karena letak kedua kakiku
agak rapat, saat dia memijat bagian telapak kaki,
otomatis kakiku tertarik dengan sendirinya
masing-masing terbawa ke tepi tempat tidur
sehingga posisi kakiku terbuka lebar (akhirnya
aku tahu maksud posisi ini untuk dapat memijat
bagian dalam pahaku, menyenggol biji sedikit).
Saat memijat punggung dia naik ke tempat tidur
dengan menduduki pantatku, dan paha bagian
dalamnya menyentuh pinggangku, terasa dingin
dan halus. Hasil sensor pantatku mengatakan
bahwa dia menggunakan celana ketat hingga
pangkal paha. Saat tangannya mendorong dari
pinggang ke pundak, otomatis posisinya agak
menunduk, terasa ada dua hal yang membuat
sensor probe-ku over range. Pertama, itu
payudara 38D menyentuh punggung, walau
masih dibungkus bra dan kaos ada rasa kenyal
gimana gitu. Kedua, Saat diduduki pasti daerah
lobang pantat dia kan yang nempel di pantatku,
nah saat dia menunduk otomatis daging vagina
yang tembem seperti tutup bagasi VW Kodok-
ku menyentuh pantatku dan ada rasa seperti
kedutan, mungkin karena dia tekan pundakku
sehingga tumpuannya ada di tutup bagasi itu.
Hingga akhirnya memijat bagian lipatan paha
dalam yang kadang-kadang ujung jarinya
menyentuh rambut di sekitar biji (kalau aku
bilang sih bukan pijat tapi sentuhan atau lebih
halus lagi. Padahal belum pakai krem, kalau dia
sebelum melakukan ini dia bilang Punten, maka
lain kali kalau ke sini lagi, aku langsung order
banyakin Puntennya saja, sayang dia nggak
bilang). Untuk ukuran pria normal, digituin sih ya
pasti kemaluanku bangun, ibarat dongkrak
mobil, otomatis pantat keangkat, karena volume
kemaluan terisi penuh, untung sudah pada
posisi, coba kalau lagi ketekuk, pasti tuh pantat
lebih tinggi lagi ngangkatnya.
Lama nggak ngobrol, hanya mendengarkan
musik sayup-sayup, dan nampaknya dia sudah
menguasai keadaan-aman terkendali (lihat
pantatku kadang naik dan merasakan pangkal
kemaluanku keras saat pijat dekat biji tadi),
keluarlah pertanyaan standar PPT.
"Ke sini sama teman Pak?" tanya Mbak Sxxxx.
"Nggak" jawabku.
"Sudah pernah ke sini?"
"Sudah..." agak berbohong, biar aku tahu
servicenya nanti seperti apa, soalnya sesama
WP mereka juga bersaing baik wajah, teknik,
dan lain-lain.
"Dengan siapa Pak?"
"Wah aku lupa namanya, nggak ngingetin sih!"
jawabku. Kalau kamu jawab nama WP-nya nanti
dia akan tanya diservice apa aja, bayar berapa
dan lain-lain.
"Berarti sering dong Pak",
"Nggak juga, asalnya dari mana Mbak?" tanyaku.
"Bandung", pembicaraan terhenti.
Dia mulai memijat dengan krem yang cukup
banyak (ini pijat apa lulur krem) semuanya dari
arah bawah ke atas (mungkin maksudnya ke
arah jantung, agar peredaran darah lancar, nah
bisa bayangkan peredaran darah lancar,
kemaluan jadi keras, apa nggak tinggal muncrat
saja) tapi teknik pijatnya cukup baik (menurutku)
pada daerah tanpa titik rangsang dia akan tekan,
tapi bila di daerah titik rangsang berubah
tekanannya (bukan pijat tapi sentuhan)
bayangkan aku dibikin tegang-nggak-tegang-
nggak dan seterusnya, disinilah seninya seks,
kalau cuma masukin - muncrat - tidur ngorok
nggak ada seni, hanya kewajiban memenuhi
kebutuhan.
Urutan pijat dengan krem dilakukan sama seperti
tanpa krem, hanya saat dia mulai ke daerah
pantat, dia ada di sisi kiriku dekat pinggang,
dengan usapan dari paha luar ditarik ke atas
masuk antara biji dan paha dalam mengitari
lubang anus (yang terkadang sengaja disentuh)
dengan kedua tangan secara bergantian,
otomatis pantatku naik lagi, pindah ke betis, terus
kembali ke pantat lagi (dalam hatiku harus sabar
nih, bayangin coba kamu dirangsang terus
dicuekin, dirangsang turus di cuekin dan
seterusnya), pantas memang lobang pantat itu
enak kok kalau dielus-elus, nggak pria atau
wanita sama saja, apalagi di masukin. Kemudian
dia pindah ke sisi kanan, kembali aku di rangsang
terus di cuekin (memijat di tempat lain tanpa
menghiraukan rudal yang sudah tanggung), di
rangsang terus di cuekin dan seterusnya).
Setelah tahu bahwa kemaluanku keras (dengan
menyentuh pangkal kemaluanku dia tahu kalau
aku sudah ereksi) berarti aman terkendali, sebab
kalau nggak bangun berarti dia harus bersusah
payah untuk membangunkan agar dapat tip
khusus. Dia pindah memijatnya ke pundak terus
ke pinggang terus tangan (benar-benar dibuat
kesal nih kemaluanku). Untuk pinggang dia tidak
menduduki pantatku lagi, karena banyak krem,
takut bajunya kotor (sebelumnya aku protes kok
nggak seperti tadi mijatnya?).
Setelah itu dia kembali lagi ke pantat dan
melakukan pijatan seperti tadi lagi, terpaksa aku
protes keras.
"Teteh! (kakak; bahasa Sunda) tolong dong
jangan dibikin pusing nih!" kataku.
"Memangnya kenapa, Pak?" tanyanya.
"Itu mijatnya bikin pusing nih",
"Ya udah Bapak diam saja, ikutin saja yah!"
"Ya sudah",
"Tetapi nanti tip-nya spesial ya Pak!" tuh kan
benar.
Disinilah triknya saat kita lagi butuh banget, dia
memberikan penawarannya, memang hampir
semua WP berusaha mati-matian secara singkat
dan seksama membuat kita tegang dan bikin
pusing, yang akhirnya kalau sudah nggak kuat
akan mengeluarkan work-order.
"Berapa spesialnya?" kataku lagi.
"Biasanya $100",
"Ya sudah", tanpa merinci lagi work-order
seperti apa yang akan dia lakukan (soalnya aku
belum tahu) lebih gila lagi aku belum tahu apakah
di dompet ada $175 ($75 kamar $100 tip) dan
seingatku cash only. Disinilah kelakuan para pria,
di otak kepalanya yang lebih besar bisa
dikalahkan dengan isi kepala bawahnya yang
cenderung lebih kecil tapi bisa bikin kepala bagian
atas tips buat para wanita.
Mulailah dia meraba dengan menambah krem
tadi dengan baby oil (mungkin, soalnya rasanya
lebih cair) di bagian pantat, terus meraba dengan
ketajaman kukunya dia menyisir (bahasa
kasarnya digaruk, tapi lembuuuut banget)
rambut sekitar biji ke arah anus. Wah, volume
darah di kemaluanku semakin penuh dan pantat
ke angkat sebatas kemaluan, biar nggak
ketindihan badanku. Tahu kalau ada celah kiri
antara kemaluanku dengan pangkal paha
tangannya masuk dan mengelus secara perlahan
bagian paha, yah naik lagi pantatku, diulangi lagi
celah kanan, yah naik lagi pantatku, pijat lagi
sekitar lubang anus, yah naik lagi pantatku,
hingga posisi badanku tertumpu pada lutut kaki
dan siku tangan dan muka menancap di bantal.
Sensasinya, jangan anggap enteng. Kucoba
mengeluarkan kepalaku dari bantal dan melirik ke
belakang, wah ternyata dia duduk dengan posisi
mengangkang spt huruf M, kan benar pakai
celana pendek ketat sebatas paha, tapi kelihatan
mblendug-nya persis seperti tutup bagasi VW-
ku. Aku mencoba meraih tutup bagasi itu, tapi
kuurungkan, karena ini pertama kali aku ketemu
dia.
Akhirnya dapat juga yang dia cari, memijat
kemaluanku secara perlahan sekali lagi perlahan,
seperti menimang rudal nuklir takut meledak,
dengan sangat pelan tangannya ditarik sehingga
hanya bagian ujung jari-jari ke arah anus seolah-
olah takut kemaluanku jatuh, tangan berputar
sesuai dengan bongkahan pantat, jari tangan kiri
ke arah kiri dan jari tangan kanan ke arah kanan,
saat ini kalau kemaluanku tidak sehat pasti jatuh
(ereksi 60%-80%), tetapi yang terjadi antara
kemaluan dengan badan seperti garis yang tidak
bersinggungan kata geometri, keras sekali,
(setelah tegang, aku bilang sama Teteh bahwa
apakah tamu Teteh pijat seperti itu apa tegang
semua, atau bila orang impoten apakah bisa
ereksi, soalnya di atas kepalaku sudah banyak
bintang kecil-kecil alias pusing).
Akhirnya aku berkata, "Teteh, aku sudah nggak
tahan keluarin aja!"
Tangan kanannya menggenggam kemaluanku
dengan lembut (tanpa tekanan dan banyak baby
oil-nya) memutar kepala kemaluan dengan jari-
jarinya, genggam batang, maju mundur,
sementara tangan kiri menusuk anus, kadang
meraba rambut di sekitar anus, begitu berulang-
ulang, hingga sperma akan keluar. Kira-kira
dalam perjalanan di tengah batang kemaluan, eh
dipijat sekuatnya kemaluanku, otomatis aku
bergetar (over vibration), tak berapa lama
dilepas, ya muncrat cairan dari kemaluanku
dengan tekanan yang kuat dan nyaris mengenai
daguku. Setelah tekanan cairanku turun,
otomatis badanku ambruk seperti hidrolik saja
atau mesin yang shut-down.
Si Teteh membersihkan tangannya yang
belepotan baby oil plus krem plus cairanku
dengan kain sprei, dan melanjutkan memijat.
Aduh enak lho rasanya, setelah ejakulasi dipijatin,
rasanya seperti habis lari dikejar anjing terus
selamat lompat pagar.
"Pak sekarang bagian depannya" tanya Teteh.
Aku membalikkan badanku, terlihat kemaluanku
mengkerut kembali seperti semula, dan Teteh
mulai memijat, seperti urutan saat aku
telungkup.
"Pak perutnya di urut nggak?" tanya Teteh. Aku
menggangguk saja, sepertinya capai banget, dia
tersenyum saja melihat aku kelenger.
"Kenapa ketawa?" tanyaku.
"Nggak, itu keluarnya banyak banget dan itunya
keras banget",
"Kamu bisa saja nyanjung, entar, kutambah nih
tip-nya", candaku.
"Pak ini mau dikeluarin lagi?" tanpa sadar saat
urut, rupanya perutku ditarik dari bawah ke atas
(mungkin karena gravitasi, perutku buncit jadi
turun sehingga perlu ditarik ke atas) tapi saat
ditarik, ujung jari menyentuh kemaluanku. Ya,
tegang lagi. Aku tidak menjawab, hanya
mengangguk sambil memberikan senyum
(yang paling manis dari yang kupunya).
Cuma karena posisi telentang jadi mengurutnya
(bukan sortir) digenggam dari bawah ke arah
atas sambil diputar dengan telapak tangan
menyentuh ujung kemaluan, karena tadi sudah
keluar. Jadi sekarang agak lama, tapi dengan
keahliannya, tangan kanan mengurut kemaluan,
tangan kiri meraba biji hingga menyisir rambut
sekitar anus, dan akhirnya keluar juga cairanku.
"Pak permisi keluar dulu, cuci tangan", aku
mengangguk saja.
Gila 1 jam 20 menit, aku segera pakai kimono
dan menuju kamar mandi, dan pakai baju,
karena masih ada waktu aku sempatkan
mengobrol.
"Teteh liburnya hari apa?" tanyaku.
"Hari Jumat, kenapa tanya libur segala, mau ke
sini lagi?"
"Nggak kalau ada temanku mau ke sini kan jadi
tahu."
"Bapak orangnya baik deh",
"Oh iya uang tip-nya belum yah, pantes kamu
nyanjung terus", candaku sambil memberikan $
100-ku sambil kulihat masih ada selembar lagi
berarti selamatlah aku nanti diresepsionis, artinya
kan nggak dikejar pengaman PPT.
"Benar Pak, biasanya tamu suka meraba-raba,
pegang sana sini, akunya yah belum tahu aja.
Semua pria itu bajingan. Kata bokap tetangga
temanku nasehatin anak perawannya, kucing itu
kalau diberi ikan kadang pura-pura ngambil dikit,
tapi kalau nggak ada orang (ada kesempatan)
yang diambil ayam seekor, dasar perempuan
kaya bola, jauh dikejar, dekat ditendang."
"Ya sudah, nih uang tip-nya, makasih ya Teteh",
sambil kucium tangannya.
Sekilas kulihat bulu tangannya merinding.
"Kenapa merinding?"
"Nggak, Bapak memperlakukan WP koq kayak
gitu sih",
"Kamu manusia kan, saya juga gitu, dan saya
benar-benar puas",
"Pak ke sini lagi yah!"
"Nggak janji yah!"
Tahu nggak, aku melakukan itu semua, ya
memberikan preview yang baik agar kalau ke
sini lagi dapat yang lebih, pakai ilmu kucing
dong.
"Ya udah, terima kasih Teh", dibukanya kain
penutup pintu, langsung aku pergi ke
resepsionis.
"Makasih Mbak Ajxxx", sapaku.
"Sama-sama Pak", jawabnya.
Tiba-tiba.., "Lho, elu Bud", tanya suara dari
belakangku.
"Eh, iya Fexxxx, kok kamu di sini?"
"Iya gue lagi nunggu Sxxxx yang lagi kerja, abis
pijat sama siapa lu",
"Eh.. sama Sxxxx"
"Wah lu pasti pijat anus yah?" ucapnya (agak
keras, sehingga pengunjung di ruang tunggu
pun terdengar).
"Nggak, apaan tuh?" pura-pura bodoh, gila nih
anak bikin aku malu aja.
"Ya udah sana, lu kelihatan lemes bin lapar",
katanya.
"Nah kamu nunggu siapa?"
"Lu berakin gue tahu".
Oh ternyata dia nungguin Sxxxx yang kerja
denganku, aku ngeloyor sambil senyum,
mudah-mudahan jari tangan si Teteh nggak
dicuci biar dia pijat dengan kerak di sekitar
anusku. Langsung saja aku ngeloyor menuju
Texas, makan hati/lever 5 buah plus teh manis
panas, untuk mengembalikan tenagaku yang
hilang diserap Teteh Sxxxx.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1211
U-ON

inc Powered by Xtgem.com